BUDIDAYA TANAMAN ROTAN JERNANG
DI SADUR OLEH :
MUHAMMAD NASIR SP
PENYULUH KEHUTANAN
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN ACEH
KPH II BKPH JEUMPA
2017
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran menjaga dan
memelihara kawasan hutan, serta meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
kawasan hutan melalui HHBK.
Getah Jernang merupakan salah satu produk HHBK yang memiliki
nilai ekonomi cukup tinggi sebagai komoditas ekspor. Dalam dunia perdagangan,
produk ini dikenal dengan nama Dragon’s Blood Kino, Red Benzoin, Sanguis
Draconis, Indois, Sang Dragon, atau Ostindisches Drachenblut.
Di beberapa daerah di Indonesia, getah jernang dikenal
dengan nama yang berbeda, antara lain Limbayung (Sumatera Barat), Jernang
Mundai, Jernang Beruang, Jernang Kuku, Jernang Huar, Jernang Seronang, Jernang
Uhan (Kalimantan), Getih Badak (Banten), dan Getih Warok (Jawa).
Potensi produksi Getah Jernang semakin menurun bahkan
cendrung semakin langka karena pola produksi yang tidak lestari dan adanya
pengembangan tanaman perkebunan yang sangat ekspansif. Selain itu populasi
Rotan Jernang dari tahun ke tahun semakin berkurang, karena tidak
berlangsungnya sistem regenerasi alami secara optimal dan pola panen produksi
buah dilakukan dengan cara menebang pohon.
Di Indonesia usaha Getah Jernang baru dikenal dan diminati
masyarakat pada awal tahun 2005. Getah jernang umumnya dihasilkan dari buah
rotan Daemonorops draco BL.
Harga Getah Jernang di tingkat petani dipasaran local
sebesar Rp. 400.000 – 800.000 per kg. Di pasaran luar negeri, seperti Singapura
harga sebesar US $ 300 per kg. Semula pemasaran getah jernang dari petani
kepada pengusaha yang memberikan sejumlah modal kepada petani untuk mencari dan
mengolah Getah Jernang. Saat ini petani mengusahakan sendiri dan langsung
menjual hasilnya kepada pedangang pengumpul.
Memperhatikan potensi rotan jernang di Indonesia yang
semakin menurun, sementara prospek pasar getah jernang cukup mengiurkan, maka
perlu dilakukan upaya untuk membangun kembali produksi getah jernang melalui
kegiatan budidaya rotan jernang.
MENGENAL TANAMAN ROTAN JERNANG
A.
Klasifikasi dan Marfologi Tanaman
Rotan termasuk
tumbuhan hutan dari family Arecaceae. Klasifikasi rotan (Daemonorops sp)
adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Liliopsida (berkeping satu/ monokotil)
Sub Kelas :
Arecidae
Ordo :
Arecales
Famili :
Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus :
Daemonorops
Spesies :
Daemonorops didymophylla Becc, D. draco BL,
D. draconcellus BECC
Dari 530 jenis
rotan didunia, sebanyak 316 jenis terdapat dihutan Indonesia. Di wilayah hutan
Sumatera terdapat 132 jenis, Jawa 29 jenis.
Rotan jernang (Daemonorops
sp) biasanya tumbuh dengan membentuk rumpun, memanjat hingga ketinggian 30
m tergantung dari tinggi pohon yang menjadi inang/tempat merambat. Batang rotan
jernang langsing dan fleksibel berdiameter 2-3 cm dipenuhi duri-duri kecil dan
tajam. Daun rotan jernang berwarna hijau terdiri dari helaian anak daun yang
tersusun berpasang-pasangan, permukaan bagian bawah daun sedikit cekung.
Rotan jernang
mulai berbuah pada usia 2 tahun, akan tetapi baru menghasilkan getah jernang
setelah berumur 5 tahun. Tanaman rotan jernang berbuah dua kali setahun, yaitu
pada bulan April dan September. Buah rotan jernang seperti buah rotan pada
umumnya, yaitu bulat kecil-kecil berkumpul seperti buah salak.
Buah rotan
jernang menghasilkan resin/Getah Jernang yang berbentuk padat, mengkilat,
bening atau kusam, rapuh dan mudah meleleh bila dipanaskan, mudah terbakar,
mengeluarkan asap dan bau yang khas. Resin dari getah jernang termasuk dalam
kelompok resin keras, berwarna merah, berbentuk amorf, berat jenis 1.18 – 1.20,
titik cair sekitar 120oC, larut dalam alcohol eter, minyak lemak dan
minyak atsiri. Sebagaian larut dalam kloroform, etil asetat, petroleum spiritus
dan karbon disulfide.
B. Potensi dan Penyebaran
Tanaman rotan
jernang (Daemonorops sp) terdapat di Indonesia, Malaysia dan India.
Potensi rotan jernang di Indonesia terbesar di Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
Di Sumatera, rotan jernang dapat dijumpai di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Riau dan Jambi. Sedang di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Selatan. Dengan kata lain pohon rotan jernang pada
umumnya masih terdapat dihutan alam dan hutang lindung. Sedang saat ini
keberadaanya di Jawa sudah sulit ditemukan.
Data jenis
rotan jernang dan lokasi penyebarannya tercantum dalam Tabel 1, sebagai berikut
:
Tabel 1. Jenis dan Lokasi Penyebaran Rotan Jernang (Daemonorops
sp) di
Indonesia
No.
|
Jenis
|
Lokasi Penyebaran
|
Keterangan
|
1.
|
D. didymophyllus BECC
|
Sumatera
|
Buah kecil-kecil dan sedikit menghasilkan getah
|
2.
|
D. draco BL
|
Sumatera, Kalimantan
|
Buah Besar
|
3.
|
D. draconcellus BECC
|
Kalimantan
|
Menghasilkan getah jernang dengan kualitas terbaik
|
4.
|
D. mattanensis BECC
|
Kalimantan
|
Getah jernangnya hanya sedikit
|
5.
|
D. motley BECC
(Jernang Laki)
|
Kalimantan
|
Buah-buahnya sangat kaya jernang, bermutu tinggi
|
6.
|
D. rubber BL
(Jernang howe pelah)
|
Jawa dan Sumatera
|
Sebagai pewarna batang rotan yang telah dikupas supaya
berwarna merah
|
Hingga saat ini
tanaman rotan jernang belum banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Sehingga
produksi getah jernang sangat tergantung dari tanaman yang tumbuh liar dihutan
alam. Di Sumatera, rotan jernang masih dapat ditemui di Taman Nasional (TN)
Gunung Leuser, TN Bukit Tiga Puluh dan TN Bukit Dua Belas.
Sementara di Kalimantan setidaknya ada 3
jenis rotan penghsil getah jernang yaitu :
1.
Rotan jernang mundai, buah berukuran
kecil dan mutu paling baik, tetapi jarang didapati;
2.
Rotan jernang beruang, buah
berukuran sedang;
3.
Rotan jernang kuku, buah berukuran
besar.
C. Sifat Fisika dan Kimia Getah Jernang
Buah rotan jernang (Daemonorops sp.)
pada saat tua mengandung getah/ damar/ resin berwarna kemerah-merahan. Getah
berasal dari lapisan rapuh pada permukaan buah yang telah dewasa.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI), sifat fisika dan kimia getah jernang antara lain :
1. Kadar air 3-6%. Untuk meningkatkan kualitas jernang berkadar
air tinggi dapat dilakukan dengan penjemuran/ pengeringan buah rotan jernang
sebelum di ekstraksi.
2. Kadar kotoran 14-39%. Kadar kotoran dapat diturunkan dengan
cara menumbuk buah dengan hati-hati dan
menentukan waktu yang tepat berhenti
menumbuk.
3.
Kadar abu 8-20%,
4.
Titik leleh 80-120 oC .
Komponen kimia utama pada resin yang
dihasilkan buah jernang adalah resin ester dan dracoresino tannol (57-82%).
Selain itu resin berwarna merah tersebut juga mengandung senyawa-senyawa
seperti Dracoresene (14%), Dracoalban (hingga 2,5%), resin tak larut (0,3%),
residu (18,4%), Asam Benzoat, Asam Benzoilasetat, Drachodin dan beberapa pigmen
terutama nordracorhodin dan nordracorubin.
D.
Manfaat / Kegunaan
Getah jernang banyak digunakan sebagai
bahan baku baik di dunia kesehatan maupun perindustrian sebagai berikut :
1.
Bahan baku obat-obatan : obat diare,
disentri, pembeku darah akibat luka, sakit gigi, asma, sipilis dan berkhasiat aphrodisiac
(meningkatkan libido)
2.
Bahan baku pewarna vernis, keramik,
porselen, marmer, batu, kayu, rotan, bamboo, cat dan kertas;
3.
Bahan penyamakan kulit;
4.
Bahan baku kosmetik/ lipstick dll.
TEKNIK BUDIDAYA ROTAN JERNANG
A. Syarat Tumbuh
Tanaman rotan jernang tumbuh baik pada
ketinggian 150-200 m dpl pada tanah podsolik merah kuning (PMK). Suhu udara
optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 22-32 oC, kelembaban
nisbi rata-rata 81%, intensitas cahaya sekitar 56% dan curah hujan 1.450-2000
mm/th, dengan bulan kering dan bulan basah masing-masing 5 bulan.
B. Pemilihan Benih
Benih rotan
jernang dikumpulkan dari pohon induk dan buah yang matang alami di pohon. Tanda
buah telah masak dipohon dapat diketahui melalui banyaknya sisa kulit buah
setelah dimakan binatang (tupai, kera) yang berserakan dibawah pohon. Buah yang
telah dipanen disimpan dalam karung dan diberi perlakuan khusus, agar kulit dan
daging buah mudah dibersihkan (lunak).
Benih rotan
jernang memiliki kondisi struktur benih tidak berbeda jauh dengan jenis rotan
yang lain. Benih akan tumbuh didahului dengan menonjolnya badan embrio dari
badan benih sebagai bentuk bertambahnya jumlah sel. Selanjutnya
terdiferensiasinya sel menghasilkan akar primer (radicula) yang bergerak
kebawah (geotropis) dan setelah akar tumbuh dan
berperan dalam penyerapan hara, akan diikuti dengan terdiferensiasinya
calon tunas batang (plumula) yang akan bergerak keatas (fototropis) untuk
mencari cahaya.
Badan embrio
benih rotan terlindungi oleh lempeng katup (plug) yang cukup keras, sehingga
untuk merangsang masuknya kadar air kedalam embrio diperlukan perlakuan
perendaman dalam air.
Perlakuan perendaman benih dengan air
selama 2 jam, secara teknis mampu mematahkan fungsi katup embrio sebagai
pelindung. Sehingg secara fisiologis terbukti kadar air yang masuk kedalam
embrio benih meningkatkan prosentase tumbuh lebih baik hingga 88%.
C. Teknik Perkecambahan
Teknik perkecambahan
buah rotan jernang dapat dilakukan dalam 2 cara, yaitu :
1.
Menggunakan bedeng/ bak tabor
Benih bersih ditebarkan dalam bedeng atau bak tabur dengan
media kompos organik dan sekam padi dengan perbandingan 2 : 1. Setelah 30-45
hari, benih akan berkecambah dan menghasilkan akar serta calon tunas.
2.
Teknik penyekapan
Benih bersih direndam 2x24 jam dan
ditiriskan, masukkan kedalam kantung plastik bening dan disimpan pada tempat
yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Dalam waktu 15-55 hari akan
tumbuh kecambah dan menghasilkan tunas serta akar primer.
Perlakuan perendaman dengan Atonik dosis 10
ppm selama 2 jam menghasilkan persen tumbuh benih yang baik rata-rata 92%.
D.
Perseiapan Media Pembibitan
Media
pembibitan adalah campuran media tanah dengan kompos organic (1:2) dengan
pemberian NPK sebanyak 5 gram. Dengan media tersebut, menghasilkan persen
tumbuh bibit > 90%.
Dalam proses
pemeliharaan semai setelah dipindah kedalam media tanam pada polibag, peran
dosis NPK dan interaksi dengan jenis media berpengaruh sangat nyata terhadap
persen pertumbuhan bibit rotan jernang.
Pemberian pupuk
dengan kandungan unsure utama (NPK) pada dosis tepat memberikan respon positif
terhadap kualitas pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk kimia dan pupuk organik
pada dosis yang tepat akan menghasilkan interaksi peran yang menguntungkan
dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kompos organik
dengan C/N ratio 10-20 ideal digunakan untuk membantu tersedianya hara bagi
pertumbuhan bibit tanaman sebelum dipindahkan kelapangan. Dengan bahan dasar
kompos dari tumbuhan dengan komposisi serat tinggi akan menghasilkan struktur
media tumbuh yang remah dan berperan optimal dalam pertukaran oksigen serta menghasilak
kelembaban media yang dibutuhkan tanaman, sehingga daya serap akar akan lebih
mudah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.
E. Pembuatan Pembibitan
Kecambah yang
telah dipindahkan dalam polibag disimpan dalam bedeng sapih hingga siap tanam.
Pemeliharaan khusus berupa penyiraman minimal 2-3 hari sekali dan bibit siap
tanam setelah bibit berada di pembibitan selama 6-9 bulan.
F.
Penanaman
Lahan yang
digunakan untuk budidaya rotan jernang tidak memerlukan pengolahan secara
intensif. Penentuan letak tanam memperhatikan letak pohon untuk merambat rotan.
Karena sesuai sifat fisiologis rotan dan karakter fisik serta pertumbuhannya,
rotan jernang membutuhkan tegakan atau pohon yang akan berperan sebagai tempat
merambat. Sehingga jarak tanam rotan jernang menyesuaikan dengan jarak tanam
tegakan pohon yang telah ada.
Dengan
memperhatikan sifat/karakteristik tersebut, maka lahan penanaman untuk
mengembangkan rotan jernang adalah :
1. Hutan sekunder atau hutan bekas
tebangan berumur sekitar 3 tahun pasca penebangan/produksi.
2.
Hutan tanaman kayu pertukangan,
setelah pohon berumur 7-10 tahun dengan tinggi pohon sekitar 10 m.
3.
Hutan tanaman/kebun karet rakyat,
berumur sekitar 5-7 tahun memiliki tinggi pohon sekitar 10 m.
Populasi
tanaman rotan jernang per hektar berkisar antara 500-800 rumpun tanaman.
G. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman rotan jernang dilakukan
hingga tanaman berumur 2 tahun sejak penanaman
dilapangan, dengan kegiatan sebagai berikut :
1.
Penyiangan dan pendangiran
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan
gulma yang tumbuh disekitar tanaman hingga radius 0,5 m mengelilingi tanaman. Bersama
dengan itu, perlu dilakukan pendangiran tanah sekitar tanaman agar gembur
sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman secara optimal.
Dalam melakukan pendangiran harus
hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.
2.
Pemupukan
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang
optimal dari rotan jernang, perlu dilakukan pemupukan 2 kali per tahun, yaitu
pada awal dan akhir musim penghujan. Pada tanaman dengan usia < 2 tahun,
diperlukan ½-1 sendok makan urea atau ZA per tanaman, ditaburkan kedalam
rorak/lubang yang dibuat di sekeliling tanaman rotan jernang.
Sedangkan untuk tanaman yang sudah
dewasa/siap berproduksi, diperlukan 250-500 mg pupuk NPK per tanaman. Disamping
itu dapat juga ditambahkan dengan pupuk kandang/ kompos.
3.
Pemangkasan
Pemangkasan/pruning dilakukan terhadap
pohon tempat merambat tanaman rotan jernang. Yaitu dengan cara memangkas
cabang-cabang pohon tempat merambat, sehingga tanaman rotan jernang mendapat
intensitas cahaya matahari yang cukup. Pemangkasan dilakukan secara periodik
hingga tanaman rotan jernang berumur 2-4 tahun.
4.
Pengendalian Hama/Penyakit
Penyakit tanaman yang sering menyerang
rotan jernang, antara lain penyakit busuk leher batang dan bercak kecoklatan
yang sering dijumpai pada bibit tanaman di pesemaian. Untuk mencegahnya
dilakukan dengan cara menghindari terjadinya genangan air disekitar titik tanam
atau dengan melakukan penyemprotan fungisida seminggu sekali.
Sementara itu hama yang perlu diwaspadai
adalah penggerek batang/pucuk (Rynchophorus dan Macrocyrus) dan
penggerek pucuk (Artona catoxantha) serta hama kumbang daun.
PANEN DAN PASCA PANEN
A. Waktu Panen
Buah rotan
jernang panen pertama kali pada umur 5-7
tahun. Rotan jernang berbuah sepanjang tahun, akan tetapi panen raya
berlangsung antara bulan September-Oktober. Di sekitar ruas batang akan keluar
sekumpulan tangkai buah. Satu pohon akan memiliki 5-8 tangkai buah. Satu batang
tanaman rotan pada usia produktif dapat menghasilkan buah 10 kg.
B. Cara Pemanenan
Pemungutan buah
rotan jernang dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan cara dilunduh, dan
dikumpulkan dalam wadah. Pemanenan buah rotan jernang dilakukan dengan
hati-hati dengan menggunakan galah atau memanjat pohon tempat rotan tersebut
merambat.
Buah rotan
jernang dipanen saat buah belum masak penuh, atau kira-kira berumur 3 bulan
sejak terjadinya penyerbukan. Buah siap panen masih diselimuti kulit buah dan
belum sampai puncak matang buah dengan ciri warna kemerahan.
C. Pengolahan Pasca Panen
Proses
pengolahan buah rotan jernang hingga menghasilkan getah jernang/resin dapat
dilakukan dengan cara basah dan kering. Pengolahan getah jernang secara
tradisional biasannya membutuhkan waktu 4-5 hari.
Buah rotan
setengah tua hasil panen diangin-anginkan selama 3 hari. Selain itu buah
dimasukkan kedalam keranjang untuk ditumbuk. Setelah ditumbuk dan keluar serbuk
getahny ditampung dalam plastik. Rendemen yang dihasilkan sekitar 20%, dimana 5
kg buah rotan jernang dapat menghasilkan getah sebannyak 1 kg. Pada umumnya
diperlukan 7-8 kg buah rotan jernang.
Secara lebih
rinci, metode sederhana pengolahan getah jernang dengan cara basah, cara kering
I dan cara kering II, adalah sebagai berikut :
1.
Pengolahan getah jernang cara basah
Pengolahan
getah jernang cara basah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Ø Buah rotan jernang yang terkumpul tanpa tandan dimasukkan
dalam keranjang.
Ø Keranjang yang telah diisi buah jernang dimasukkan kedalam
kaleng yang telah diisi air.
Ø Buah
rotan jernang dalam kaleng tersebut ditumbuk pelan-pelan sehingga getah jernang
keluar dan mengendap didasar kaleng.
Ø Air dalam kaleng dibuang dan getah jernang yang mengendap
diambil, kemudian dijemur beberapa hari atau dipanasi dengan api. Biasanya
sebelum dikeringkan getah jernang dibentuk menjadi pipi agak kecil agar mudah
kering.
Ø Setelah kering, getah jernang disortir menurut besarnya.
Kemudian dipak dengan dedaunan dan disimpan atau langsung dijual.
2.
Pengolahan getah jernang cara kering
I
Pengolahan
getah jernang cara kering I dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Ø Buah
rotan jernang yang terkumpul dan dilepas dari tandannnya dijemur pada panas matahari selama 3 hari atau sampai buahnnya
mengkerut.
Ø Buah yang sudah kering dan mengkerut ditumbuk agar getahnya
keluar.
Ø Getah jernang yang keluar diayak dan disiram air panas
sehingga berbentuk adonan.
Ø Getah
jernang yang telah membentuk adonan dibuat sortimenn sesuai dengn keinginan (silinder, bulat kecil, pipih dan lain-lain).
3.
Pengolahan getah jernang cara kering
II
Pengolahan
getah jernang cara kering 2 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Ø Buah
rotan jernang dijemur pada panas matahari selama 3-4 hari sampai kering dan
mengkerut.
Ø Buah yang telah kering dimasukkan dalam keranjang dan
dicampur dalam kulit kerang.
Ø Keranjang
yang berisi buah jernang tersebut digantung setinggi kurang lebih 1 m, kemudian
diguncang-guncang. Akibat guncangan tersebut, maka bagian partikel yang
kecil-kecil akan jatuh dan ditampung dengan tikar atau wadah yang lain.
Ø Partikel
yang terkumpul dimasukkan dalam kantong yang terbuat dari kain, kemudian
dimasukkan dalam air panas dan ditekan untuk mendapatkan gumpalan getah
jernang.
Ø Gumpalan
getah jernang dikeluarkan dan dijemur atau dibiarkan sampai mengeras, kemudian
dibungkus dan dijual.
ANALISIS USAHA TANI BUDIDAYA ROTAN
JERNANG
Analisis usahatani budidaya rotan
jernang untuk luasan 1 ha, adalah sebagai berikut :
A. Biaya
Biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam budidaya rotan jernang adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis-Jenis Biaya dalam Budidaya Rotan Jernang
No
|
Uraian Kegiatan
|
Jumlah
|
Unit
|
Biaya Satuan (Rp)
|
Jumlah Biaya (Rp)
|
I.
|
PEMBIBITAN
|
||||
1.
|
Pembelian Bibit
|
500
|
Biji
|
800
|
400.000
|
2.
|
Polibag(12x15) cm
|
8
|
Kg
|
15.000
|
120.000
|
3.
|
Cairan perangsang tumbuh (atonik 300 ml)
|
1
|
Botol
|
50.000
|
50.000
|
4.
|
Paranet 65%
|
2
|
M
|
15.000
|
30.000
|
5.
|
Pembuatan pagar
|
1
|
Paket
|
300.000
|
300.000
|
6.
|
Upah pembuatan pagar
|
1
|
Paket
|
50.000
|
50.000
|
7.
|
Upah pengisian media dan tanam
|
500
|
Buah
|
250
|
125.000
|
8.
|
Plastik kaca
|
1
|
Kg
|
8.000
|
8.000
|
JUMLAH I
|
1.083.000
|
||||
II.
|
PERSIAPAN LAHAN
|
||||
9.
|
Upah pembersihan lahan
|
1
|
Ha
|
300.000
|
300.000
|
10.
|
Upah ajir & pemb lubang tanam
|
1
|
Ha
|
300.000
|
300.000
|
11.
|
Upah penanaman
|
1
|
Ha
|
300.000
|
300.000
|
JUMLAH II
|
900.000
|
||||
III.
|
PEMELIHARAAN
|
||||
12.
|
Upah penyiangan selama 6 tahun
|
6
|
Kali
|
250.000
|
1.500.000
|
13.
|
Pemupukan I
|
250
|
Kg
|
4.000
|
1.000.000
|
14.
|
Pemupukan II
|
250
|
Kg
|
4.000
|
1.000.000
|
15.
|
Upah pemupukan
|
2
|
Kali
|
250.000
|
500.000
|
16.
|
Kawat duri
|
500
|
M
|
2.000
|
1.000.000
|
JUMLAH III
|
5.000.000
|
||||
IV.
|
PEMANENAN
|
||||
17.
|
Upah panjat
|
2
|
OH
|
300.000
|
600.000
|
JUMLAH IV
|
600.000
|
||||
V.
|
PERSIAPAN ALAT
|
||||
18.
|
Gerobak dorong
|
10
|
Buah
|
190.000
|
1.900.000
|
19.
|
Temblang
|
15
|
Buah
|
10.000
|
150.000
|
20.
|
Sprayer
|
1
|
Buah
|
300.000
|
300.000
|
21.
|
Pompa air
|
1
|
Buah
|
500.000
|
500.000
|
JUMLAH V
|
2.850.000
|
||||
TOTAL BIAYA
|
10.433.000
|
B.
Penerimaan
Dengan asumsi
harga getah jernang kualitas 1 (meson) Rp. 550.000 per kg dan kualitas 2
(cengkarok) Rp. 250.000 per kg, maka untuk setiap 1 ha lahan diperoleh
penerimaan :
1.
Kualitas 1 : 100 kg x Rp. 550.000 = Rp. 55.000.000,-
2.
Kualitas 2 : 100 kg x Rp. 250.000 = Rp. 25.000.000,-
Jumlah = Rp. 80.000.000,-
C.
Pendapatan
Pendapatan =
Penghasilan – Biaya
= Rp (80.000.000 – 10.433.000)
= Rp. 69.567.000,-
Bedasarkan perhitungan diatas, dapat
disimpulkan bahwa pendapatan dari usaha budidaya rotan jernang sangat
menjanjikan. Untuk itu diperlukan sosialisasi agar masyarakat disentra-sentra
rotan jernang lebih tertarik lagi untuk membudidayakan rotan jernang dalam
skala yang lebih luas.
.
0 Komentar untuk "bUDIDAYA TANAMAN ROTAN JERNANG"